Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Juni 2011

Indonesia.. Liberalisme atau Sosialisme?

Sosialis dan Liberal, Indonesia harus memilih yang mana?? Kedua paham tersebut sempat bergesekan dengan Indonesia pada masa lampau, dimana Demokrasi Liberal pernah menjadi sistem perpolitikan Indonesia pada masa lampau, namun di satu sisi UUD '45 menggambarkan sosialisme yang mengental di dalam bangsa. Lalu, Indonesia mau kemana?? 

Demokrasi jelas menjadi logo yang selalu dibawa negeri tercinta ini, bahkan konyolnya; Demokrasi Terpimpin yang bersifat otoriter pun masih dikatakan demokrasi. Demokrasi dan otoriter tentu saja berlawanan. Melihat figur kepemimpinan Indonesia dari masa ke masa, mereka tentu tak mau menanggalkan kata "Demokrasi" tuk lepas dari jati diri Indonesia, entah apa pun keadaannya. Namun, melihat kondisi sekarang? Indonesia berada di ambang sosialis atau liberal?? 

Tapi sebelumnya, mari kita sedikit mengintip kepada teori sosial dan juga teori liberal.
Sosialisme lahir ketika Revolusi Industri yang melahirkan kaum buruh dan pemilik modal. Kedua kaum ini memiliki kesenjangan sosial yang jauh berbeda satu sama lain. Revolusi demi revolusi pun lahir di beberapa negara, contohnya Rusia. rusia mengalami Revolusi berdarah yang dipimpin oleh kaum proletar yang tak memiliki senjata, namun organisasi yang mereka miliki. Tsar yang terlalu lemah dalam mengubah kondisi perindustrian yang memikirkan kaum proletar menjadi lebih baik, tapi tunduk pada kaum bangsawan, tuan tanah, dan investor. Revolusi inilah yang ikut serta didalam perubahan besar di dunia.
Perlu diingat, Komunisme dan Sosialisme berbeda satu sama lain. Komunisme lebih ekstrem diaman ingin terwujudnya masyarakat tanpa kelas, dimana semua rata dan tak berbeda. Pemerintahan komunisme pun lebih anarkis dan dipenuhi intrik kekuasaan. Komunisme dapat menggantikan segalanya, termasuk agama yang berganti logo komunis sebagai tempat pemujaan. 
Sementara sosialisme adalah inginnya menggapai kesejahteraan kaum proletar dimana identik dengan pembagian proses produksi, distribusi dan pertukaran industri yang lebih adil antara proletar dan borjuis. Di dalam penerapan nya, pemerintah campur tangan dalam mengatur perekonomian dan membuka beberapa pasar bebas. Pasar bebas dan investasi disini merupakan "makanan" bagi negara agar dapat membangun perekonomian yang bersifat sosial secara meluas untuk rakyat disertai pengaturan regulasi yang cukup ketat bagi para investor. sosialisme merupakan musuh besar bagi kapitalisme, karena kaum sosialis menganggap bahwa kaum kapitalist bersifat egoisme satu sama lain dan diselimuti kesenjangan sosial.

Penerapan sosialisme di Indonesia dapat dilihat dari Pancasila Sila ke-5 dan UUD '45 dimana segala aturan dan kepentingan apapun itu, baik ekonomi, pekerjaan, hidup, lingkungan, SDA, pendidikan haruslah untuk rakyat. 

Liberalisme jelas berbeda dengan sosialis dimana negara sebisa mungkin tidak campur tangan dalam perekonomian, adanya interdepedensi atau ketergantungan satu sama lain, semua orang bebsar berkreasi, meminimalisir aturan atau birokrasi dalam perekonomian, dan bersifat absolute gain.
Liberalis terus menerus menusuk Indonesia secara perlahan namun pasti di masa sekarang ini, bahkan pada era Demokrasi Terpimpin, Indonesia berada di ambang tarik menarik antara sosial komunis dan liberal seperti Uni Soviet, China, dan US. Pada masa itu, Indonesia merupakan basis penting di Asia Tenggara, karena jika Indonesia jatuh ke tangan komunisme, atau sosialisme maka negara Asia Tenggara akan ikut menjadi bagian dalam paham tersebut, hal yang sangat ditakuti US pada masa itu.

Bagaimana dengan jaman sekarang ini ?? Indonesia mengarah kemana? 
Liberalisme di masa globalisasi memang sangatlah berkembang dan maju, perlahan-lahan negara-negara di dunia mulai melepaskan industri nya kepada asing untuk dikelola, peran negara dituntut menjadi berkurang bahkan hilang. Inilah yang berbahaya jika kita terlalu nunduk pada liberalisme. Eksploitasi besar-besaran, kesenjangan sosial, bahkan kerugian dapat kita rasakan dalam waktu ke depan jika kita terlalu bangga dan terlena pada liberalisme ini. SDA kita akan habis tuk asing, dan jika SDA kita habis maka kita akan tergantung kepada pihak asing dimana kita akan jauh lebih rugi ke depannya. Hal ini sudah terlihat dalam beberapa industri kita, contohnya saja industri tekstil, kayu, dan minyak yang cukup memberikan kita pukulan telak dimana kita jauh lebih rugi daripada kalangan investor dalam memainkan perannya. Uang yang investor dapatkan di negeri ini, lari kepada negara mereka masing-masing. Kita dapat apa? Kita hanya dapat ampas dari sisa-sisa eksploitasi semata.

Lalu sosialisme sendiri bagaimana?? Saya rasa cukup ideal dengan kondisi negara seperti sekarang ini. Butuh kembalinya peran negara di dalam mengatur perekonomian. Pentingkan rakyat kecil, majukan industri kecil dan strategis, jangan asal setuju kepada asing jika kita belum ahli di dalam memainkan peran, jeli dan teliti terlebih dahulu di dalam memainkan globalisasi. Indonesia perlu membimbing dan melindungi industri yang masih rentan terhadap serbuan barang impor. Untuk menghadapi liberlisme, haruslah kita menyiapkan industri kecil menjadi kompetitif dan daya saing tinggi dimana barang lokal dapat kita ekspor ke luar negeri dan diakui oleh dunia, uang dan anggaran yang dicairkan sepenuhnya untuk pembangunan ekonomi untuk rakyat, dengan berkembangnya industri lokal, maka nantinya akan tercipta industri besar yang menyedot SDM kita menjadi lebih berkualitas dan memiliki daya saing dengan SDM lain sehingga bangsa ini bukan bangsa pembuat bahan baku saja, tapi menciptakan industri bahan jadi. 

Mari kita lihat kepada negeri "Sang Naga". China mampu menjadi  negara besar dan sukses karena negara ini sukses menjalankan perannya di dalam menyumbang perekonomian dunia. China berhasil memberikan pengaruh dari segi ekonomi bahkan politik. Lihat tahun-tahun sebelum masa kejayaan China sekarang. Segala industri kecil disiapkan untuk menghadapi gempuran barang impor, pembangunan infrastruktur dan aturan hukum yang benar-benar untuk rakyat, negara masih mengatur regulasi, aturan dan perjanjian kerjasama dengan asing. Sampai di mana negara itu merasa siap untuk bersaing dengan negara lain, maka ia mulai membuka perekonomiannya menjadi lebih liberal. Ini yang harus kita pelajari sebelum meliberalisasi negara ini.

Jika kita berhasil maju dalam liberalisasi, maka kita akan menjadi negara adidaya baru dalam dunia, tapi jika kita gagal?? Maka industri kecil kita mati, SDA habis, tergantung pada asing, dan kita tak akan pernah bisa maju. 

Sekarang mari kita menganalisa, cocok kah kita untuk meliberalisasi negara kita pada saat ini?? Atau haruskah kita kembali kepada UUD '45 dan Pancasila yang merupakan jati diri bangsa?? 

Mengenai teori - teori sistem politik, kamu dapat membuka link d bawah ini yang mungkin dapat memberikan manfaat untuk anda.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar